ETIKA
DAN PROFESIONALISME TSI
Gunawan,
Ranu, Febian
Jurnal Teknologi Sistem
Informasi
Universitas Gunadarma
PENDAHULUAN
Dalam pergaulan hidup
bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di
perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.
Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
ETIKA
DAN PROFESIONALISME DALAM SISTEM INFORMASI
Etika berhubungan dengan perilaku
manusia. Manusia itu yakin dan wajib berbuat baik dan menghindari yang jahat.
Oleh karena itu dalam etika mempermasalahkan hal-hal seperti: apakah yang
disebut baik itu, apakah yang buruk itu, apakah ukuran baik dan buruk itu,
apakah suara batin itu, mengapa orang terikat pada kesusilaan.
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam menjalankan suatu pekerjaan . Profesionalisme dapat diartikan juga dengan suatu keahlian dalam penanganan suatu masalah atau pekerjaan dengan hasil yang maksimal dikarenakan telah menguasai bidang yang dijalankan tersebut.
Tiga alasan utama minat masyarakat yang tinggi pada etika komputer: 1. Kelenturan logika (logical malleability), kemampuan memrograman komputer untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. 2. Faktor transformasi (transformation factors), Contoh fasilitas e-mail yang bisa sampai tujuan dan dapat dibuka atau dibaca dimanapun kita berada, 3. Faktor tak kasat mata (invisibility factors). semua operasi internal komputer tersembunyi dari penglihatan, yang membuka peluang pada nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat, perhitungan yang rumit terlihat dan penyalahgunaan yang tidak tampak.
Beberapa langkah menghadapi dampak pemanfaatan IT :
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam menjalankan suatu pekerjaan . Profesionalisme dapat diartikan juga dengan suatu keahlian dalam penanganan suatu masalah atau pekerjaan dengan hasil yang maksimal dikarenakan telah menguasai bidang yang dijalankan tersebut.
Tiga alasan utama minat masyarakat yang tinggi pada etika komputer: 1. Kelenturan logika (logical malleability), kemampuan memrograman komputer untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. 2. Faktor transformasi (transformation factors), Contoh fasilitas e-mail yang bisa sampai tujuan dan dapat dibuka atau dibaca dimanapun kita berada, 3. Faktor tak kasat mata (invisibility factors). semua operasi internal komputer tersembunyi dari penglihatan, yang membuka peluang pada nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat, perhitungan yang rumit terlihat dan penyalahgunaan yang tidak tampak.
Beberapa langkah menghadapi dampak pemanfaatan IT :
1. Desain
yang berpusat pada manusia.
2. Dukungan
organisasi.
3. Perencanaan
pekerjaan.
4. Pendidikan.
5. Umpan
balik dan imbalan.
6. Meningkatkan
kesadaran publik.
7. Perangkat
hukum.
8. Riset
yang maju.
Sepuluh langkah dalam
mengelompokkan perilaku dan menekankanstandar etika berupa :
• Formulasikan suatu kode perilaku.
• Tetapkan aturan prosedur yang
berkaitan dengan masalah-masalah seperti penggunaan jasa komputer untuk pribadi
dan hak milik atas program dan data komputer.
• Jelaskan sanksi yang akan diambil
terhadap pelanggar, seperti tenguran, penghentian, dan tuntutan.
• Kenali perilaku etis.
• Fokuskan perhatian pada etika
secara terprogram seperti pelatihan dan bacaan yang disyaratkan.
• Promosikan undang-undang
kejahatan komputer pada karyawan. Simpan suatu catatan formal yang menetapkan
pertanggungjawaban tiap spesialis informasi untuk semua tindakan, dan kurangi
godaan untuk melanggar dengan program-program seperti audit etika.
• Mendorong penggunaan program
rehabilitasi yang memperlakukan pelanggar etika dengan cara yang sama seperti
perusahaan mempedulikan pemulihan bagi alkoholik atau
penyalahgunaan obat bius.
penyalahgunaan obat bius.
• Dorong partisipasi dalam
perkumpulan professional.
Posisi dalam Dunia IT :
Posisi dalam Dunia IT :
n
System Analyst
n
Analyst Programmer
nERP
(enterprise resource planning)Consultant
n
Systems Programmer/ Software Engineer n Web Designer
n
Systems Engineer
n
Tester
n
Database Administrator
n
Manager
n
IT Manager
n
Project Manager
n
Account Manager
n
Helpdesk Analyst
n
IT Executive
n
IT Administrator
n
Network Administrator
n
Security Network Analyst
n
Database Administrator
n
Network Support Engineer
n
Business Development
n
Manager
n
IT Manager
nProject
Manager
Beberapa pengertian tentang etika
profesi :
1.Merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan dan ini perwujudan moral yang hakiki, yang tidak dapat dipaksakan dari luar.
2. Dapat berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.
3. Merupakan rumusan norma moral manusia yang mengemban profesi itu.
4. Tolak ukur perbuatan anggota kelompok profesi.
5. Merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.
1.Merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan dan ini perwujudan moral yang hakiki, yang tidak dapat dipaksakan dari luar.
2. Dapat berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.
3. Merupakan rumusan norma moral manusia yang mengemban profesi itu.
4. Tolak ukur perbuatan anggota kelompok profesi.
5. Merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.
PROFESIONALISME
Biasanya
dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap eksekutif yang
baik. Ciri‐ciri
profesionalisme:
1.
Punya ketrampilan yang
tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidangnya.
2. Punya
ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka
di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan.
3. Punya
sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingukan yang terbentang di hadapannya.
4.
Punya sikap mandiri
berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan
menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi
diri dan perkembangan pribadinya.
Ciri-ciri
profesionalime di bidang IT adalah :
1.
Punya keterampilan yang
tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang IT.
2. Punya
ilmu dan pengalaman serta kecerdasan
dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan
tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3. Punya
sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan
lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Keterampilan
yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis. Profesionalisme diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasarkan pada pengetahuan dan bisa diterapkan dalam praktek.
5. Asosiasi
Profesiona. Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya,
yang dimaksudkan untuk meningkatkan status anggota. Organisasi tersebut
memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
6. Pendidikan
yang ekstensif. Profesi yang prestisius memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi.
7. Ujian
kompetensi. Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk
lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
8. Pelatihan
Institusional. Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti
pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis
sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan professional juga dipersyaratkan.
9. Lisensi.
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yangmemiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
10. Otonomi
Kerja. Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoritis mereka
agar terhindar dari intervensi dari luar.
11. Kode
Etik. Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
12. Mengatur
Diri. Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah.Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
13. Layanan
publik dan altruisme. Diperolehnya penghasilan dari kerja profesi yang
dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti
layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
14.
Status dan imbalan yang
tinggi. Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan
imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
TUJUAN
KODE ETIKA PROFESI
Prinsip‐prinsip umum yang
dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli
profesi yang didefinisikan dalam suatu negar tidak sama. Adapun yang menjadi
tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan
dalam kode etik
(Code of conduct)
profesi adalah:
1.
Standar‐standar etika
menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien,
institusi, dan masyarakat pada umumnya.
2. Standar‐standar etika membantu tenaga
ahli profesi dalam menentukan
apa yang harus
mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema‐dilema etika
dalam pekerjaan.
3. Standar‐standar etika
membiarkan profesi menjaga reputasi atau
nama dan fungsi‐fungsi profesi
dalam masyarakat melawan kelakuan‐kelakuan yang jahat dari anggota‐anggota tertentu.
4. Standar‐standar etika
mencerminkan / membayangkan pengharapan
moral‐moral dari
komunitas, dengan demikian standar‐standar
etika menjamin bahwa paraanggota profesi akan menaati kitab UU
etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya.
5. Standar‐standar etika
merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari
tenaga ahli profesi.
6. Perlu diketahui
bahwa kode etik
profesi adalah tidaksama
dengan hukum
(atau
undang‐undang).
Seorang ahli profesi yang
melanggar kode etik
profesi akan menerima sangsi
atau denda dari
induk organisasi profesinya.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar